Jumat, 12 April 2013

Ilmu Budaya Dasar





Dalam membahas budaya wayang yang berkembang di Indonesia kita juga harus mengetaui tentang kelahiran budaya wayang itu sendiri. Dalam buku yang dibuat oleh Ir. Sri Mulyono yang berjudul “Simbolisme dan Mistikisme dalam Wayang tahun 1979, budaya wayang sudah ada sejak zaman neolithikum, sekitar 1.500 tahun sebelum Masehi. Pendapatnya itu didasarkan atas tulisan Robert von Heine-Geldern Ph. D, Prehis­toric Research in the Netherland Indie (1945) dan tulisan Prof. K.A.H. Hidding di Ensiklopedia Indone­sia halaman 987. Menurut penelitian para ahli sejarah kebudayaan, budaya wayang adalah budaya asli Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Keberadaan wayang juga umurnya sudah berabad-abad sebelum agama Hindu masuk ke Pulau Jawa. Dalam disertasinya berjudul Bijdrage tot de Kennis van het Javaansche Tooneel (1897), ahli sejarah kebudayaan Belanda Dr. GA.J. Hazeau menunjukkan keyakinannya bahwa budaya wayang merupakan pertunjukan asli Jawa.





Definisi arti kata `wayang’ juga berasal dari kata `wewa­yangan’, yang artinya bayangan. Definisi ini sesuai dengan kenyataan pada pergelaran Wayang Kulit yang menggunakan kelir, secarik kain, sebagai pembatas antara dalang yang memainkan wayang, dan penonton di balik kelir itu. Dalam disertasi Dr. Hazeau dikatakan bahwa wayang adalah walulang inukir (kulit yang diukir) dan dilihat bayangannya pada kelir. Dengan demikian, wayang yang dimaksud tentunya adalah Wayang Kulit seperti yang kita kenal sekarang. Penonton hanya menyaksikan gerakan-gerakan wayang melalui bayangan yang jatuh pada kelir. Pada masa itu pergelaran wayang hanya diiringi oleh seperangkat gamelan sederhana yang terdiri atas saron, todung (sejenis seruling), dan kemanak. Jenis gamelan lain dan pesinden pada masa itu diduga masih belum ada.
Untuk lebih menjawakan budaya wayang, sejak awal zaman Kerajaan Majapahit diperkenalkan cerita wayang lain yang tidak berinduk pada Kitab Ramayana dan Mahabarata.
Sejak saat itulah cerita – ­cerita Panji, yakni cerita tentang leluhur raja-raja Majapahit, mulai diperkenalkan sebagai salah satu bentuk wayang yang lain. Cerita Panji ini kemudian lebih banyak digunakan untuk pertunjukan Wayang Beber. Tradisi menjawakan cerita wayang juga diteruskan oleh beberapa ulama Islam, di antaranya oleh para Wali Sanga. Mereka mulai mewayangkan kisah para raja Majapahit, di antaranya cerita Damarwulan.

Masuknya agama Islam ke Indonesia sejak abad ke-15 juga memberi pengaruh besar pada budaya wayang, terutama pada konsep religi dari falsafah wayang itu. Pada awal abad ke-15, yakni zaman Kerajaan Demak, mulai digunakan lampu minyak berbentuk khusus yang disebut blencong pada pergelaran Wayang Kulit.
Sejak zaman Kartasura, pengubahan cerita wayang yang berinduk pada Ramayana dan mahabarata semakin jauh dari aslinya. Sejak zaman itulah masyarakat penggemar wayang mengenal silsilah tokoh wayang, termasuk tokoh dewanya, yang berawal dari Nabi Adam. Silsilah itu terus berlanjut hingga sampai pada raja-raja di Pulau Jawa. Dan selanjutnya, mulai dikenal pula adanya cerita wayang pakem. yang sesuai standar cerita, dan cerita wayang carangan yang diluar garis standar. Selain itu masih ada lagi yang disebut lakon sempalan, yang sudah terlalu jauh keluar dari cerita pakem.

Kesimpulan yang didapat adalah Wayang merupakan salah satu seni budaya asli dari bangsa Indonesia yang paling popular dan banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia maupun turis asing. Budaya wayang ini juga meliputi Seni Peran, Seni Suara, Seni Musik, Seni Tutur, Seni Sastra, Seni Lukis, Seni Pahat, dan Seni Perlambang. Perlu diketahui budaya wayang juga mempunyai banyak kelebihan yaitu sebagai Media Penerangan, Media Dakwah, Media Pendidikan, Media Hiburan, Pemahaman Filsafat, serta Media Hiburan.

Sumber : http://cahcepu.com/blog/wayangkulit/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar